Mantengin Karya Yayoi Kusama di Museum MACAN – Pernah denger nama Museum MACAN enggak sebelum adanya pameran dari karya seni Yayoi Kusama di sana? Kalau belum pernah, berarti sama! Aku juga enggak pernah dengar nama museum ini sebelumnya.
Baiklah, sekilas tentang Museum MACAN. Kepanjangan dari MACAN adalah Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara. Dari nama itu aja udah jelas bahwa museum ini difungsikan untuk menampung hasil karya seni kontemporer dan modern dari Indonesia maupun internasional sekaligus menjadi museum pertama di Indonesia yang mengemban tugas itu.
Baca Juga: Mengenal Budaya Pantai Timur Malaysia di SeniKome Peng Heng, Genting
Lalu, siapa Yayoi Kusama? Dari namanya, seperti bukan nama orang Indonesia? Yayoi Kusama merupakan seniman asal Jepang yang pernah tinggal di Amerika Serikat dan kembali ke Jepang di tahun 1973.
Beliau mengawali karya seni eksentriknya ini di tahun 1977 di sebuah studio persis di seberang Rumah Sakit Jiwa tempat dia tinggal. Tidak hanya seni lukis, Kusama juga menghasilkan karya tulis seperti novel, puisi, dan prosa yang dapat kamu beli di counter lobby museum ini.
Museum MACAN: Life is The Heart of A Rainbow oleh Yayoi Kusama
Melihat euforia Museum MACAN yang lagi hits banget di jagat media sosial seperti Instagram, aku dan beberapa temanku menyempatkan diri untuk mampir ke museum ini. Anak milenial kan enggak suka ketinggalan kalau hal-hal begini. Apalagi untuk atraksi yang instagramable gitu, siapa yang gak penasaran kan?
Dalam suasana yang masih libur lebaran, museum ini ramai banget! Salah satu temanku yang udah nyampe di Museum MACAN sekitar Pukul 11:00 harus mengantri untuk tiket Pukul 16:00. Iya, kamu enggak salah baca. Tiket untuk Pukul 16:00 karena yang tersisa hanya tinggal Pukul 16:00 dan Pukul 18:00!
Baca Juga: SkySymphony di SkyAvenue: Orkestra Bola Terbesar yang Pernah Ada!
Untungnya lokasi Museum MACAN enggak terlalu jauh dari Mal Taman Anggrek dan Central Park, jadi bila kejadian yang kalian alami seperti aku maka kalian-kalian bisa killing time dulu di sana.
Harga tiket juga cukup mengagetkan, per orang dikenai tarif sebesar IDR 100.000 udah termasuk pajak namun waktu dibatasi hanya 2 jam per sesi!
Well, dengan harga yang cukup mahal dan waktu yang begitu singkat membuat ekspektasiku dan teman-temanku cukup tinggi untuk museum ini apalagi kami udah membawa perlengkapan perang untuk fotografi.
Bener-bener udah prepare banget deh demi foto yang ciamik untuk Instagram dan teman-temannya itu!
Waktunya pun tiba, kami mulai memasuki area museum yang disambut dengan banyaknya tim keamanan dan staff museum.
Enggak sampai di situ, memasuki museum ini pun harus pemanasan dulu karena walaupun pintu masuk persis di sebelah kamu, namun kamu harus keliling dulu mengikuti arah yang dibuat sedemikian rupa oleh panitia supaya kamu bisa liat atau syukur-syukur beli Pulpy Orange yang mereka jual, duh.
Akhirnya sampailah kami di dalam museum ini. Suasana begitu ramai bak pasar tradisional. Ini serius, ramai banget. Antrian panjangnya gak pake nyantai!
Baca Juga: Belajar Sejarah Dibangunnya Resorts World Genting di The Visitors’ Galleria
Kesabaran mulai diuji ketika semua tas harus dititipkan baik itu ransel atau tas-tas mahal kamu lainnya. Tas yang bisa dibawa ke dalam hanya yang ukuran kecil serta dompet dan HP!
Tidak diperkenankan membawa segala jenis kamera baik itu DSLR, Mirror-less, Pocket Camera, makanan serta minuman! Jadi pupus sudah harapan untuk bisa foto bak model Victoria Secret, udah bawa kamera berat-berat malah ujung-ujungnya dititip juga!
Hasil karya Yayoi Kusama ini disebar di 3 lantai berbeda. Jadi harus pintar-pintar kelola waktu kalau tidak kamu enggak akan bisa kunjungi semua atraksi.
Atraksi pertama yang terdekat adalah The Spirits of the Pumpkins Descended into the Heavens (ada bola-bola di dalam) yang bagian luar. Kami skip atraksi ini karena antrian panjang banget! Kami memilih untuk berfoto di area sekitarnya karena banyak bola-bola polkadot lucu!
Satu hal yang perlu kamu biasakan di sini adalah di tiap objek atraksi akan selalu ada staff yang mengawasi gerak gerikmu.
2 jam di sana kamu akan terbiasa mendengar kata-kata – tidak boleh menyentuh, tidak boleh bersandar, tidak boleh duduk, tidak boleh menyenggol objek, tidak boleh pake flash, dan untuk area tertentu ada beberapa objek yang sama sekali tidak boleh difoto!
Wajar sih karena beberapa karya Yayoi Kusuma telah rusak akibat ketidakpatuhan para pengunjung dengan aturan yang telah dibuat panitia. Kerusakan hasil karya Yayoi Kusama bermula di Washington, Amerika Serikat dan berlanjut ke Jakarta, Indonesia.
Kami kemudian masuk ke atraksi yang bernama Narcissus Garden yang merupakan bentuk kritikan Yayoi Kusama tentang komersialisasi dalam dunia seni. Terdapat sekitar 1.500 bola metalik dalam instalasi ini!
Pemandangan pun sama saja, antrian panjang tapi kami bertahan karena untuk berfoto di sini masing-masing orang hanya punya jatah waktu 15 detik! Sehingga antrian panjang cepat terurai.
Kamu harus hati-hati ketika di atraksi ini karena dengan antrian panjang akan sangat mudah untuk menyenggol bola-bola yang ada, dan para staff tidak akan segan untuk menegurmu karena itu!
Lanjut ke area seri lukisan bernama Infinity Nets dalam berbagai versi dikromatik. Kami skip bagian ini karena tidak pernah ada space kosong untuk bisa foto, duh.
Salah satu atraksi yang membuat kami mulai kecewa ketika kami mengantri di atraksi The Spirits of the Pumpkins Descended into the Heavens (yang ada cermin di dalam). Untuk mengantri saja perlu waktu sekitar 15 menit.
Ketika kami di bagian terdepan antrian, staff museum kembali mengulangi kalimat-kalimat tidak boleh yang pamungkas itu. Bahkan untuk bisa masuk kamu harus menanggalkan sepatumu terlebih dahulu.
Tiba giliran kami masuk, si staff mengatakan waktu hanya diperkenankan 60 detik per rombongan dan tidak boleh menyentuh apapun di dalam.
Belum selesai mengambil foto, kami udah disuruh keluar karena waktu udah habis. Kalau dihitung-hitung mungkin hanya 30 detik kami di dalam, bahkan lebih lama copot sepatu dibandingkan foto di sana!
Kami mulai kecewa, bagaimana mungkin orang yang datang berombongan hanya diberi waktu 1 menit dan itu juga dikorupsi untuk bisa berfoto di dalam ruangan yang terbatas?
Waktu hampir jam 5 sore, atraksi yang dikunjungi semuanya mengantri panjang. Masih banyak atraksi-atraksi lain yang belum tersentuh dan kami masih di lantai pertama!
Kekecewaan kami semakin bertambah ketika kami mengantri di atraksi Infinity Room yang terkenal itu. Ini atraksi yang paling dicari pengunjung, atraksi di dalam ruangan yang penuh dengan lampu warna-warni.
Kami menghabiskan waktu 30 menit mengantri di sini dan posisi antrian kami selama 30 menit untuk Infinity Room itu tidak ada 1/4 dari panjangnya antrian.
Antrian enggak cuma panjang tapi juga berlapis-lapis sehingga kami menyerah karena sudah hampir Pukul 17:30.
Tidak ada yang kami dapat di sini selain beberapa foto di area seri lukisan My Eternal Soul yang mengiringi panjangnya antrian ke Infinity Room.
Sebelum beranjak naik ke lantai berikutnya, salah seorang pengunjung yang baru selesai berfoto di Infinity Room bercerita bahwa dia rela menghabiskan waktu satu jam lebih hanya untuk mengantri di Infinity Room, duh.
Sebelum kamu keluar dari lantai pertama, tiap pengunjung akan mendapat cap di tangan sebagai tanda bahwa kamu sudah mampir ke lantai ini. Pengunjung yang sudah dicap bisa kembali lagi ke lantai pertama maksimal 30 menit sebelum jam sesi yang kamu pilih selesai.
Kami pun kemudian bergegas menuju atraksi Obliteration Room yang berada di lantai ke dua. Pemandangan juga sama aja, kami harus rela menghabiskan waktu 30 menit hanya untuk mengantri di sini dengan kesempatan untuk berfoto di dalam sana hanya 2 menit.
Pengunjung akan diberikan stiker polkadot untuk ditempel di sudut Obliteration Room manapun yang kamu mau. Jadi jangan kelamaan nempel-nempel stiker karena 2 menit di dalam sama sekali enggak kerasa, yang ada nanti malah kamu enggak sempat berfoto.
Waktu pun habis dan kami turun kembali ke lantai pertama untuk mampir ke Floating Garden yang ada di bawah eskalator. Di Floating Garden tidak ada batasan waktu karena atraksi ini berada di luar batas atraksi yang dihitung.
Bila kamu membawa serta adik yang masih kecil, bisa menunggu di sini aja sembari membiarkan mereka duduk dan melukis.
Kesan 2 Jam di Museum MACAN
Terus terang aku dan ketiga temanku kecewa saat mampir ke sini dan aku rasa tidak hanya kami yang merasa seperti itu.
Bukan hanya soal waktu yang begitu singkat dan tarif yang cukup mahal untuk itu. Namun juga pengelolaan yang ada di sana termasuk soal korupsi waktu.
Harusnya melihat kuota pengunjung yang begitu membludak, museum ini bisa cari cara lain untuk membuat pengunjung merasa nyaman dan meminimalisir antrian panjang berekor dan berlapis di hampir setiap atraksi.
Banyak pengunjung lansia yang bahkan mau cari tempat duduk aja sulit karena terbatasnya tempat duduk.
Dengan waktu sesi yang begitu singkat dan antrian yang lama membuat pengunjung merasa rugi dan tidak menikmati apapun lagi, semua serasa diburu-buru.
Kesimpulannya, waktuku dan teman-temanku habis hanya untuk mengantri di sana.
Jadi kalau kalian benar-benar ingin mampir, saran dari aku ambil cuti khusus bagi yang kerja karena mustahil mampir di akhir pekan atau hari libur mengingat pameran seni dari Yayoi Kusama hanya tinggal sebentar lagi, berakhir 9 September 2018.
Kelebihan dan Kekurangan Museum MACAN
Kelebihan Museum MACAN:
- Akses mudah, begitu keluar tol museum langsung terlihat
- Bersih dan luas
- Tidak jauh dari pusat perbelanjaan
- Penataan hasil karya menarik dan rapi
Kekurangan Museum MACAN:
- Tarif mahal dengan waktu sesi yang begitu singkat
- Pengelolaan yang harus lebih diperhatikan demi kenyamanan pengunjung
- Antrian tiap atraksi yang begitu panjang dan berlapis-lapis
- Harus konsisten soal aturan karena ada yang lolos membawa tas ransel ke dalam museum
wah aku belum pernah ke museum MACAN, padahal udah kepingin dari bulan lalu.
rencanannya Agustus ini mau ke sana, supaya kesampean foto2 sebelum karya2nya di pindah :’
terima kasih sudah sharing kak 🙂
Halo Liana,
Semoga pengalaman berkunjung km ke sana menyenangkan ya!