Selain Curug Sodong Kembar dan Curug Cikanteh masih ada satu lagi curug yang harus dikunjungi dan tak boleh dilewatkan selama kamu berada di Geopark Ciletuh.
Baca Juga: Mengunjungi Geopark Ciletuh, Kandidat Global Geopark dari UNESCO
Curug tersebut bernama Curug Awang yang merupakan curug terbesar dan menjadi trademark Geopark Ciletuh. Konon katanya belum ke Geopark Ciletuh namanya bila kamu tidak mengunjungi curug yang satu ini.
Megahnya Curug Awang, Curug yang Paling Dicari di Geopark Ciletuh
Perjalanan ke Curug Awang merupakan perjalanan terakhir dari serangkaian catatan perjalananku selama dua hari satu malam di Geopark Ciletuh. Kami melakukan perjalanan ke Curug Awang sehabis menyelesaikan penjelajahan di Curug Cikanteh.
Waktu tempuh dari Curug Cikanteh ke Curug Awang memakan waktu sekitar 50 – 60 menit karena kami harus melewati jalan ke arah Puncak Panenjoan lagi Β yang dimana memang Curug Awang berlokasi tidak jauh dari Puncak Panenjoan.
Baca Juga: Mengembalikan Energi di Puncak Panenjoan, Geopark Ciletuh
Dengan pakaian yang lembab dan sendal yang basah, kami tak gentar melanjutkan perjalanan kami menyusuri jalanan sempit namun dikelilingi oleh hamparan sawah nan hijau yang menemani perjalanan kami.
Perjalanan ke Curug Awang juga tak kalah menantang. Kami harus melewati ladang-ladang warga yang berisi tanaman sawit, kelapa, sayur-sayuran, kemiri, dan lain sebagainya.
Bedanya kami bisa mengakses jalanan ini dengan menggunakan mobil. Walaupun jalanan sempit, terjal, dan berlubang-lubang ditambah belum adanya infrastruktur yang memadai namun kami masih tetap semangat karena ini adalah agenda terakhir kami sebelum kembali ke Jakarta dan menghadapi kenyataan hidup hehe π
Di sepanjang perjalanan ke Curug Awang kami melewati sapi-sapi warga dan juga kambing yang sedang menikmati makan siang mereka yakni rumput segar yang tumbuh bebas di sepanjang jalan. Memang waktu sudah mulai siang dan perut pun sudah mulai keroncongan.
Namun kami harus menahannya karena makan siang baru bisa kami santap ketika kami tiba di Puncak Panenjoan karena sebelum kembali ke Jakarta kami memang perlu singgah ke sana sebagai titik akhir perjalanan ini.
Baca Juga: Curug Sodong Kembar, Salah Satu Curug yang Wajib Dikunjungi di Geopark Ciletuh
Tak terasa melewati perjalanan yang mengguncang badan ke kiri dan ke kanan selama di dalam mobil, kami pun tiba di tempat parkir Curug Awang. Untuk bisa masuk ke sini dikenai biaya parkir dan tiket masuk per orangnya namun tak jelas berapa karena semua biaya sudah kami bayar per paketnya.
Dari tempat parkir ini sudah terlihat keindahan Curug Awang yang tersohor walaupun kami harus melakukan trekking untuk bisa lebih dekat dengannya.
Walaupun trekking yang ada tidak sesulit ketika harus trekking ke Curug Cikanteh, namun tetap saja rasa lelah terasa karena kondisi kami memang sudah capek ditambah perut juga sudah mulai keroncongan hehe π
Demi melihat Curug Awang dari dekat kami harus melewati pematang sawah dan juga menuruni banyak anak tangga. Memang terlihat jelas ada perbedaan antara Curug Awang dan dua curug lainnya.
Curug Awang sudah komersil dimana adanya biaya parkir dan tiket masuk yang dikenakan selain itu infrastruktur juga lebih baik karena semua jalanan sudah dipoles dengan rapi.
Baca Juga: Puncak Darma, Sang Primadona Geopark Ciletuh
Setelah menghabiskan waktu sekitar 10 menit untuk trekking kami pun dihadapkan pada pemandangan curug raksasa yang mengalirkan air berwarna keruh kecoklatan seperti teh tarik hehe π
Walaupun air mengalir tidak begitu deras seperti seharusnya namun kami sudah puas bisa menyaksikan pemandangan Curug Awang yang populer secara langsung di hadapan kami.
Kami pun semakin merasa perjalanan ini privat karena kebetulan tidak banyak pengunjung yang datang sehingga kami bisa puas mengabadikan momen di sini.
Baca Juga: Pantai Pasir Putih Geopark Ciletuh Menyimpan Keindahan yang Unik
Sejauh ini, Curug Awang-lah curug yang terbesar yang pernah aku kunjungi dibandingkan dengan curug-curug lainnya. Di sini aku merasa bak liliput karena ukuran badanku tidak ada apa-apanya di sini. Dan sejauh mata memandang ke depan yang terlihat hanya bagian curug ini saja seakan tak habis-habis.
Di bawah teriknya matahari kami melanjutkan kegiatan basah-basahan kami di sini. Walaupun airnya tidak begitu deras namun kamu masih bisa merasakan percikan air yang membasahi wajah dan kepalamu.
Dengan memanfaatkan suasana yang sepi kami pun berfoto-foto di area curug dan tak begitu berani mendekat karena takut terbawa air karena hempasan angin dari air tersebut cukup kencang. Batu-batu sungai yang ada di sini pun tidak kalah besar.
Kamu harus tetap berhati-hati ketika menginjakkan kakimu pada batu-batu tersebut karena bila kamu terpeleset kamu bisa jatuh dan langsung menghantam bebatuan yang ada di bawahnya.
Tidak ada gundukan pasir di sini hanya ada batu-batu dari berbagai ukuran mulai dari yang paling kecil hingga paling raksasa serta potongan-potongan ranting yang terbawa air.
Baca Juga:Β Menguji Ketahanan Diri di Curug Cikanteh, Geopark Ciletuh
Melihat waktu juga sudah siang hari maka kami pun kembali dan melewati jalanan yang sama, terlihat begitu indah perpaduan antara hamparan langit biru dan hijaunya bentangan sawah di sepanjang perjalanan. Kali ini kami harus menaiki anak-anak tangga dan rasa lapar pun tak terbendung lagi.
Sebelum tiba di tempat parkir kami melihat ada sebuah warung yang menjual aneka gorengan dan air kelapa. Tanpa berfikir panjang kami pun memesan beberapa gorengan dan air kelapa karena energi sudah terkuras habis sedangkan perjalanan untuk ke Puncak Panenjoan masih sekitar 30 menit lagi.
Baca Juga: 10 Tips Wajib yang Perlu Diketahui Sebelum Plesiran ke Nusa Penida
Sambil mengganjal perut dengan gorengan kami pun duduk sejenak untuk memulihkan sedikit tenaga. Air kelapa di sini juga manis dan gorengan juga lumayan enak.
Entahlah memang rasanya enak atau karena sudah kelaparan, yang pasti kami butuh tenaga sebelum harus melanjutkan perjalanan panjang ke Jakarta di sore hari.
Perjalanan dua hari satu malam menjelajahi Geopark Ciletuh meninggalkan kesan mendalam karena ini adalah pengalaman pertamaku ditambah lagi semua kegiatan berjalan sesuai rencana.
Saatnya untuk kembali ke Puncak Panenjoan untuk menyantap makan siang dan mengganti pakaian kami yang sudah basah kuyup karena aktivitas bermain air di dua curug hari ini.
Dan akhirnya, pengalaman jalan-jalan ini pun semakin menambah pengalaman dan informasiku tentang begitu kayanya alam Indonesia π
Kelebihan dan Kekurangan Curug Awang, Geopark Ciletuh
Kelebihan Curug Awang:
1. Sudah lebih komersil dan terekspos ke luar Sukabumi
2. Pemandangan air terjun spektakuler
3. Terdapat warung dan toilet umum walaupun letaknya cukup jauh
Kekurangan Curug Awang:
1. Infrastruktur menuju Curug Awang masih kurang kondusif
2. Kebersihan curug yang masih perlu ditingkatkan
3. Signal telekomunikasi kurang bagus
4. Potensi alam yang masih perlu dikembangkan
Perjalananku Mengelilingi Geopark Ciletuh – Hari Kedua
Curug Cikanteh β Curug Awang β Puncak Panenjoan
Peta Lokasi Curug Awang, Geopark Ciletuh
Sekian cerita pengalamanku selama menghabiskan liburan singkat akhir pekan di Geopark Ciletuh, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Nantikan cerita-cerita pengalamnku selanjutnya ya π